Rabu, 06 Juni 2012

New Days

Semilir angin perlahan berhembus membawa kesejukan. Embun-embun dengan riangnya meluncur turun dari dedaunan. Namun mentari masih enggan bangun untuk membagikan kengahatan, masih rela hari diselimuti rasa dingin.

Seorang gadis manis berambut hitam lurus masih terlelap, terus berkelana dalam dunia mimpinya. Ia terlihat begitu damai, begitu tenang seperti bayi mungil yang tertidur pulas dalam dekapan sang bunda. Sesekali ia menarik selimutnya yang perlahan turun guna menghangatkan tubuhnya.

Pelan-pelan ia membuka matanya. Ia kejap-kejapkan beberapa kali lalu ia usap agar pandangannya tak lagi samar. Dengan perlahan tangannya ia arahkan ke atas meja yang berada pas disamping tempat tidur. Ia mengambil telepon genggam kesayangannya, tak lagi ada pesan masuk yang dulu, hampir setiap hari selalu tertampil di layar telepon genggamnya -yang bahkan itu hampir membuatnya bosan, tak ada lagi sms-sms enggak penting, tak ada lagi sms-sms yang membuatnya harus bersedih.

Ia menghela nafas, dengan posisi terduduk di atas tempat tidur, terlihat semua teman sekamarnya masih asyik berkelana di alam mimpi masing-masing, "Mau sampai kapan mereka tidur? Dasar kebo semua," gumamnya dengan sebuah senyuman terpasang di wajah manisnya. Perlahan diturunkan kakinya ke lantai, berjalan tanpa suara ke arah jendela. Ia sengaja berjalan sepelan itu, tidak ingin membangunkan teman-temannya.

Semilir angin langsung saja menyeruak masuk ke kamarnya begitu jendela dibuka. Angin juga tak enggan untuk menyentuh kulit wajah gadis itu, membelai belai rambutnya yang lembut.

Dengan tangan bersandar di pinggiran jendela, ia hirup dalam-dalam udara pagi itu, ia biarkan semua kesejukan mengisi rongga paru-parunya seakan-akan ia tak pernah merasakan sebelumnya.

Masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini memang membuatnya seakan tak bisa bernafas, masalah dalam keluarga, masalah dalam hatinya, dan bertumpuk masalah lainnya -yang memaksa ia harus tertunduk lemah tak berdaya. Tapi hari ini berbeda, ia telah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, ia telah berusaha sekuat ia bisa, dan sekarang ia biarkan garis takdir yang bekerja. Ia tak ingin terus menerus masalah mempermainkannya seperti anak bayi yang dipermainkan orang dewasa yang jika kesal hanya bisa menangis.

"Ini bulan baru, ini hari baru, dan ini hidup baru!" ucapnya mantap seraya menatap langit pagi yang begitu damai.

Sabtu, 24 Maret 2012

Bunga Kehidupan


Malam kian larut.Kastil pun telah sepi.Tidak nampak seorang pun murid dan guru yang berkeliaran disepanjang koridor.Hanya keheningan dan kegelapan yang kian terasa.
Seorang gadis remaja berjalan sendirian dalam kegelapan.Berjalan pelan,tanpa ingin menimbulkan suara.Hanya sebuah cahaya kecil dari tongkat sihir yang menemaninya,membantunya barjalan,dalam kegelapan.
“Hai,Daphne ? Mau kemana kau?” kata seseorang tiba-tiba dari arah belakang.Sontak gadis remaja itu terkejut,dia menengok ke belakang.Dilihatnya anak laki-laki,tengah berdiri di hadapannya,melihatnya dengan tampang polos.
“Lancelot,apa yang kau lakukan di sini,malam-malam?” tanya Daphne pelan,tidak ingin membuat gaduh.”Apa kau mengikutiku?” tanyanya lagi dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Hei,aku bertanya kepadamu,kenapa kau malah balik bertanya?” jawabnya sedikit kesal.”Aku baru saja keluar dari perpustakaan saat melihatmu berjalan sendirian malam-malam,mengendap-endap,seperti pencuri.Mau kemana kau?” tanyanya lagi.
“ssstt…bisa kau pelankan suaramu! Atau kau ingin membangunkan semua murid dan guru,” jawab Daphne.”Kemana aku pergi bukan urusanmu,cepatlah kembali ke kamarmu! Dan sebaiknya kau tidak membicarakan ini kepada siapapun!” ancamnya sambil ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada Lancelot.Keseriusan mengenai ancamannya terlihat jelas di matanya.Lancelot hanya bisa terdiam,tanpa menjawab.Sesaat kemudian Daphne berlalu meninggalkannya,terus berjalan,dalam kegelapan.
***
Awan gelap menutupi sinar terang bulan yang membuat hutan terlarang  menjadi begitu gelap dan mencekam.Meskipun hujan telah lama reda,tapi masih tercium jelas aroma rumput dan pepohonan yang basah.
Daphne berjalan sangat hati-hati di atas tanah yang licin.Dengan bantuan cahaya kecil dari tongkat sihirnya ia terus,berjalan,masuk ke dalam hutan terlarang.Sesekali ia arahkan tongkat sihirnya,ke peta yang tengah dipegangnya.Peta yang tanpa sengaja ia temukan,terselip,disalah satu halaman buku saat ia membaca di perpustakaan.”Bunga Kehidupan” begitulah yang tertulis di bagian atas peta itu.Ia ingat prof. Mc Gonagall pernah menyinggung tentang ini,bunga kehidupan,bunga yang bisa menghidupkan kembali orang yang telah meninggal.Meskipun belum pernah ada yang bisa membuktikannya,ataupun pernah tercatat dalam buku sejarah manapun,tapi seperti itulah rumor tentang bunga kehidupan ini.
Dikatakan,dulu pernah ada seorang penyihir hebat yang pernah menciptakan sebuah bunga,yang dengan bunga itu ia mampu menghidupkan kembali orang yang telah meninggal.Berbeda dengan “Batu Bertuah” yang hanya bisa menghidupkan,namun tidak benar-benar hidup.Bunga itu bisa menghidupkan orang yang telah meninggal,benar-benar menghidupkannya,membuat orang yang telah meninggal tersebut melakukan aktifitas sebagaimana orang yang masih hidup lainnya.Dan sebelum penyihir hebat itu meninggal,ia menyembunyikannya dalam sebuah hutan,hutan terlarang.Tapi tak pernah ada seorang pun yang berhasil menemukannya,meskipun setiap inchi bagian dari hutan terlarang telah ia jajaki.Penyihir itu tidak menyembunyikannya begitu saja,ia sempat membuat sebuah peta yang akan mengantarkan seorang penyihir,yang benar-benar mempercayai keajaiban,ke tempat dimana bunga itu disembunyikan.Dan rumor mengatakan peta itu ia sembunyikan di dalam Hogswart.Saat ini Daphne hanya berharap rumor itu benar,tentang bunga kehidupan itu,tentang peta yang disembunyikannya di Hogswart,semua itu benar.Peta yang sedang dipegannya saat ini adalah peta yang dimaksud,dan saat ini,ia berharap,ia semakin dekat dengan bunga kehidupan itu.
Langkah Daphne terhenti di depan sebuah pohon tua,besar,semua kulit pohon itu tertutup lumut.Mungkin telah berpuluh abad pohon itu tumbuh hingga bisa sebesar ini sekarang.Peta yang sedang dipegangnya mengantarnya,sampai,di pohon ini.Ia memejamkan mata,menghela napasnya,berusaha berkonsentrasi.”Aku percaya keajaiban” katanya pelan dengan penuh keyakinan.Itulah mantra yang harus di ucapkan oleh penyihir yang ingin mengambil bunga kehidupan itu.Seperti tertulis di bagian bawah peta keajaiban hanya bisa ditemukan oleh mereka yang percaya”.Beberapa saat kemudian,pohon besar itu bergeser memperlihatkan sebuah pintu masuk,yang berada di tanah,tepat di bawahnya.Tanpa keraguan sedikitpun Daphne masuk ke dalamnya.
***
Ia berjalan menuruni  anak tangga,licin dan gelap,bau lumut tercium jelas dari dindingnya.Begitu gelap dan hening di sana,membuat jantung Daphne berdetak kencang seakan ingin lepas dari tempatnya.Setelah ia berjalan cukup lama,ia mendengar suara seperti air terjun,dan benar saja karena saat anak tangga itu berakhir ia tiba di tempat lain.
Begitu indah di sana,sebuah hutan lain,sangat berbeda dengan hutan terlarang.”Ini pasti bukan hutan terlarang” ucapnya dalam hati,karena bukan hanya pemandangannya yang sangat berbed,tapi di sana juga siang hari.Ia melihat sebuah air terjun mengalir deras di sampingnya.Bunga-bunga indah bermekaran di bawah kakinya,di tepian sungai itu.Ia berjalan,melihat sekeliling,hingga ia menemukan sebuah pohon besar lain,sama besar dan sama tua dengan pohon yang ada di hutan terlarang.
Ia kembali mengucapkan mantra yang sama,“aku percaya keajaiban” dan seketika pohon itu terbelah menjadi dua.Memperlihatkan isi di dalamnya,sebuah ruangan.Ia berjalan masuk,ketakutan dan keraguan mulai ia rasakan tapi ia tak menghiraukannya,terus melangkah.Langkahnya terhenti,kini,di hadapannya hidup sebuah tanaman yang hanya memiliki satu bunga,bunga mawar.Bentuknya sama persis dengan bunga mawar lainnya,hanya lebih kecil terlalu kecil malah untuk digenggam.
Untuk beberapa detik ia ragu,ia menggelengkan kepala berusahamenghilangkan keraguannya.Ia mencoba kembali tenang,ia mengatur napas,kemudian ia memetik bunga itu.Tepat setelah bunga itu dipetik,tempat itu berguncang hebat.Ia panik,ia berlari keluar dari ruangan itu,dari dalam pohon itu.
Pemandangan yang tadi terlihat begitu indah kini berubah mencekam,bunga-bunga yang bermekaran di bawah kakinya kini semua telah layu.Ia terkejut melihat tempat itu,yang kini berubah total.Tiba-tiba sebuah akar pohon mengikat kaki kanannya,melemparkan tubuh Daphne ke atas.Ia terpelanting dan jatuh di tanah yang keras.Ia mengerang kesakitan,ia melihat sekeliling mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.Siapa yang melemparkannya tadi.Ia begitu terkejut saat melihat pohon besar itu bergerak hidup.Belum hilang rasa terkejutnya pohon itu menyerang lagi,kali ini dengan dahan-dahannya yang besar.Daphne melompat,menghindar ke sana ke mari,berusaha agar tidak terkena dahan itu.Ia mengeluarkan tongat sihirnya dari balik jubahnya.
“Sial,kenapa tongkatku patah?” kata Daphne kaget,saat ia melihat tongkat sihirnya patah.Tongkat sihirnya patah,saat ia terjatuh dengan keras tadi.
Pohon itu kini menyerang lagi,menggoyang-goyangkan dahannya,membabi buta.Daphne hanya bisa menghindar tanpa bisa melakukan satu serangan balasan pun.Ia melihat tempat,anak tangga,yang membawanya ke sini.Ia berlari ke sana.Tapi dihadang oleh pohon itu dengan menghantamkan dahannya ke tanah,tempat anak tangga itu.Untung Daphne sempat menghentikan laju larinya.Ia berhenti tepat sebelum dahan itu menyentuh tanah,tidak sampai satu meter jaraknya dengan dahan itu.Dahan itu bergerak ke samping,ke arahnya.
Brakkk!!! Daphne terkena dahan itu dengan keras,ia hanya bisa menyengir,menahan sakit saat tubuhnya jatuh.Sebelum ia benar-benar sadar,akar pohon itu kembali mengikatnya.Dilemparkannya lagi tubuh Daphne ke atas,terpelanting,jatuh.Kali ini bukanlah tanah yang keras yang jadi tempat jatuhnya,tapi air.Daphne terjatuh,tenggelam,dalam derasnya air sungai.Rasa sakit saat tubuhnya menghantam sungai membuatnya tak bisa melakukan apapun.Ia hanya bisa membiarkan dirinya terus tenggelam.Ia terkulai lemas tak berdaya,kesadarannya mulai hilang.Bunga kehidupan yang digenggamnya tadi kini terlepas,hilang,terbawa derasnya arus.
“Apakah ini saatku akan mati? Sejak dulu aku berpikir,bagaimana caraku akan mati nanti.Ternyata seperti ini.Mati tenggelam di dasar sungai,yang bahkan entah dimana.Akankah ada yang akan menemukanku nanti,dan menguburkanku degan layak?” puluhan pertanyaan tentang kematiannya terbesit di pikirannya.Dan dia hanya bisa tersenyum,menyadari bahwa dia akan mati,di sini,di sungai ini.
Samar-samar Daphne melihat seseorang berenang,masuk ke dalam sungai,menolongnya.Ditariknya tubuh Daphne ke atas,tepian sungai.Untuk beberapa detik Daphne pingsan.
“Daphne!Daphne! Bangun Daphne!Bangun!” teriak JKR dan Padma bersama,kepanikan terlihat jelas di muka keduanya.
Daphne tersadar,kaget bercampur senang melihat kedua sahabatnya itu,kini berada di sini,di depannya.Ia hanya bisa membalas teriakan mereka dengan sebuah senyuman tipis,di mukanya yang kini telah pucat.
"Bombarda Maxima!!!"
"Duarr!!!" pohon itu hancur seketika,berantakan,saat mantra yang dirapal King tepat mengenai pohon besar itu.Ia dan Nicholas segera menghampiri tubuh Daphne yang terkulai lemah itu.
"Hei,apa sih yang sedang kau lakukan Daph? Apa yang menyebabkanmu melakukan semua ini?" kata JKR."Apa ini demi bunga kehidupan yang kemarin kau ceritakan itu? Kau ingin mengambilnya dan ingin menghidupkan saudaramu yang telah meninggal itu?" tanyanya lagi.
Daphne hanya terdiam,tanpa mau menjawab.Karena ia sadar,tanpa menjawab pun semua telah tahu jawabannya.
"Untung tadi Lancelot sempat mengikutimu masuk ke dalam hutan.Setelah melihatmu masuk ke sebuah pintu di bawah pohon dia kembali,dan memberitahu kami tentang ini,karena dirasa ada yang tidak beres.Dia tidak mau ikut kemari,jadi dia menggunakan patronus untuk menberitahukan tempat ini.Sekarang pasti dia sedang tertidur lelap di ranjangnya yang empuk dan hangat." jelas Nicholas.
"Baiklah,aku rasa ini saatnya kita untuk pulang," ajak King sambil berjalan.
Dengan dipapah oleh JKR dan Padma,Daphne pulang ke asrama.

Jumat, 16 Maret 2012

Ketika Cinta Mengalahkan Agama

Sinar mentari pagi menembus masuk melalui celah celah korden yang tak tertutup rapat.Membuat suasana kamar terlihat lebih terang.Berantakan.Selimut terjulur ke lantai.Buku buku berserakan,tak tertata rapi di atas meja seperti seharusnya.
Sinar mentari,yang masuk,tepat mengenai wajahku.Membuatku terbangun dari tidurku yang lelap.Masih terasa letih akibat begadang semalam.Dengan malas,aku coba bangun.Masih terduduk di atas ranjang,mengejap ngejapkan mata beberapa kali,agar pandanganku tidak kabur.Melihat angka yang ditunjuk jam weker,"mati aku!! Aku kesiangan!!!" teriakku panik saat sadar bahwa saat itu sudah tidak pagi lagi.Hari itu aku masuk kuliah pagi.Dan dosen pengajarnya terkenal killer,tidak segan segan dalam memberi hukuman.
Dengan cepat aku bangun,berlari ke kamar mandi.Tidak sampai 5 menit aku sudah keluar lagi.Bersiap siap berangkat.Tidak sempat atau bahkan tidak ingat untuk sarapan.

***

Sekitar 10 menit aku sudah sampai di halte,menunggu angkutan umum yang akan membawaku ke kampus.Aku tidak punya kendaran sendiri,jadi setiap berangkat kuliah aku naik kendaraan umum.Terkadang berangkat bersama teman yang memang membawa kendaraan sendiri.Tapi ini sudah siang mereka pasti juga sudah berangkat.
Aku menyeka keringat di dahiku.Berjalan kaki cukup jauh ditambah kepanikan yang aku rasakan membuatku berkeringat.Bahkan bajuku jadi sedikit lembab.
Aku duduk di sana menunggu.Melihat sekeliling."Ramai sekali.Banyak juga orang yang sedang menunggu angkutan,apa mereka semua juga bangun kesiangan?",pikirku iseng.
Aku terdiam,gerakan kepalaku terhenti saat melihat seorang gadis.Vira,seorang gadis berusia sekitar 18 tahun yang juga adalah temanku,satu kelas saat masih SMP.Kira kira sudah 4 tahun kami tidak bertemu.Saat ini dia ada di sini,di halte ini.Duduk di sana,hanya berjarak sekitar 5 meter dariku.Sedikit rasa tidak percaya aku rasakan.Aku yakinkan diriku.Pastikan bahwa dia memang benar Vira,sebelum aku datang menyapanya.
"Hai,Vira ya?",kataku menyapa setelah aku yakin bahwa dia adalah Vira,temanku.Aku tersenyum,menjulurkan tangan mengajak berjabat tangan.Dia terdiam.Terlihat raut mukanya campuran antara kaget dan bingung.
"Apa sudah lupa sama aku ya,Vir?",tanyaku lagi,sambil tetap tersenyum.Dia membalas jabatan tanganku.Untuk beberapa saat masih menunjukkan raut muka yang sama.Memperhatikanku dalam dalam.
"Eh,teddy ya?",katanya riang setelah menyadari bahwa yang sedang berdiri di hadapannya,mengajaknya bersalaman adalah aku.Teddy,teman sekelasnya sewaktu masih SMP.Raut mukanya kali ini berubah,terlihat lebih riang dari sebelumnya.Dia mempersilahkanku duduk di sebelahnya.Kami mengobrol,mengenang masa SMP saat masih satu kelas dulu.Sama sekali tidak terasa kaku,tidak kehabisan topik pembicaraan.
Dia terlihat masih sama,gaya berpakain yang sopan dan memakai jilbab.Wajahnya,malah terlihat lebih cantik dari saat masih SMP dulu.Senyumnya yang manis masih tetap sama,masih tetap terlihat manis.
"Sekarang kuliah dimana?",tanyaku.Dia menggelengkan kepala,"aku enggak kuliah" jawabnya.
"oh,enggak ngelanjutin kuliah.Kerja berarti ya,kerja dimana?".Dia menggelengkan kepalanya lagi,"enggak kerja juga" jawabnya singkat.
"oh,aku tahu.Kamu enggak kuliah juga enggak kerja,berarti jadi ibu rumah tangga ya?",kataku bergurau.Mengingat usianya yang masih muda,baru sekitar 18 tahun aku rasa itu tidak mungkin.Dia tersenyum tipis,tidak langsung menjawab.Raut mukanya berubah semu,terlihat murung."Iya,sekarang aku sudah jadi ibu rumah tangga",jawabnya lirih.
Aku berhenti tertawa.Terdiam membisu.Kaget mengetahui bahwa dia menikah muda."Eh,beneran? Menikah kapan? Aku kok enggak diundang?",tanyaku lagi setelah aku bisa menguasai diriku.Dia kembali hanya tersenyum.Menundukan kepala.Diam untuk beberapa saat.
Dia bercerita,dia menikah sekitar 2 tahun yang lalu.Saat dia masih duduk di kelas 2 SMA.Dia berhenti sekolah,menikah.Pergaulannya dengan pacarnya terlalu bebas.Hingga  terjadi "kecelakaan" yang sangat dia sesali.Dia hamil.Dia harus menikah,untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Aku terdiam,kaget mengetahui hal itu.Vira,teman sekelasku saat SMP yang dulu terkenal alim.Memiliki pengetahuan lebih dalam agama.Guru ngaji anak anak di mushola.Ternyata seperti ini.Aku benar benar tidak percaya.
Dia bercerita,rasa cinta dan bujukan dari pacarnya membuatnya buta untuk melihat apa yang benar dan apa yang salah.Rasa cinta pada pacarnya mengalahkan agamanya.
Aku menyesal telah bertanya.Membuatnya teringat kembali masa lalunya.Dia tertunduk malu,membisu.Kini semua impiannya hanya akan tetap menjadi impian.Dia pernah bercerita dia ingin menjadi dokter,tapi kini kesibukannya membuatnya tidak mungkin melakukan hal itu.Dia sibuk mengurus rumah,mengurus anak yang hampir genap berusia 2 tahun.Mengurus suaminya yang berprofesi sebagai montir di bengkel dekat rumahnya.
Tidak lama setelah itu angkutan umum yang akan dia naiki lewat.Dia pamit.Kami pun berjabat tangan,dia juga sempat memberiku nasehat agar tidak mengikuti langkahnya.Dia tidak ingin aku berakhir sama dengannya.
Sebuah senyuman dia tunjukan sebelum dia pergi,meski begitu dia masih tetap terlihat murung bagiku.Angkutan yang ia naiki mulai berjalan dan kami pun berpisah.

Selasa, 13 Maret 2012

Mengapa kardus Kosong???

Oke,karena ini awal aku nge blog dan engga tau harus nulis apaan....bener bener engga tau.Makanya aku isi aja dengan alasan mengapa nama blognya "kardus kosong ku".Alasanya sederhana,nama "kardus kosong" udah kepakai.Udah gitu aja.

Dan setelah aku muter otak sekenceng kencengnya buat nyari nama yang sesuai,aku temukanlah nama ini.Terkesan engga kreatif emang,cuma ditambah "ku".Tapi ya emang seperti itu kenyataanya.

Kardus.Adalah tempat buat nyimpan semua barang.Dari yang beharga,sampai yang sama sekali engga ada harganya.Dari yang.......mmmm apalagi ya? pokoknya begitulah  intinya kira kira.
Bahkan terkadang kita juga bisa ketawa ketawa sendiri,saat nemu mainan kita sewaktu kita masih kecil "ihh,inikan mainanku yang dulu...aku cari kemana mana ternyata disini",salah satu dari kita pasti ada yang pernah ngomong gitu,atau mungkin engga sih.
Terkadang kita juga bisa menetaskan air mata,saat nemu barang yang penuh kenangan.Kaya misal barang dari mantan yang engga pernah bisa pindah ke tong sampah.
Kira kira seperti itulah yang terjadi saat kita membuka kardus barang barang kita.

Kosong.Berarti tidak ada,atau tidak berisi.Makanya harus diisi biar terisi *engga jelas tujuan ngobrolnya kemana.
Ya pokoknya seperti itulah filosofi dari "kardus kosong ku". *emang kaya gitu bisa dibilang filosifi ya?

Yups,seperti itulah kira kira harapanku pada blog ini.Bisa bikin nangis terisak,ampe bikin ketawa ngakak.Berisi sesuatu yang penting,ampe sesuatu  yang engga ada penting pentingnya.
Hanya hiburan.

Gadis Maya

Malam ini
Bukan,hampir disetiap malamku
selalu terbesit
sebuah pertanyaan bodoh.

"apakah kamu merindukanku,
seperti aku merindukanmu saat ini?"
Sangat bodoh bukan?

Karena kini
untuk sekedar membalas sapaanku
bahkan kau pun enggan.

Berkali kali aku telah mencoba
untuk membencimu,
melupakanmu
Tapi pesonamu
terlalu erat
terlalu dalam
mengendap dihatiku.

Sampai kapan akan seperti ini?
Tak mungkin selamanya
aku seperti ini.

Hai,cepat sadarlah!
Gadis maya!
Aku hanya ingin
berteman denganmu!

Karena aku tahu
aku bukan dia
dia yang menguasai hatimu.