Semilir angin perlahan berhembus membawa kesejukan. Embun-embun dengan riangnya meluncur turun dari dedaunan. Namun mentari masih enggan bangun untuk
membagikan kengahatan, masih rela hari diselimuti rasa dingin.
Seorang gadis manis berambut hitam lurus masih terlelap, terus
berkelana dalam dunia mimpinya. Ia terlihat begitu damai, begitu tenang
seperti bayi mungil yang tertidur pulas dalam dekapan sang
bunda. Sesekali ia menarik selimutnya yang perlahan turun guna
menghangatkan tubuhnya.
Pelan-pelan ia membuka matanya. Ia kejap-kejapkan beberapa kali lalu ia usap agar pandangannya tak lagi samar. Dengan perlahan tangannya ia
arahkan ke atas meja yang berada pas disamping tempat tidur. Ia
mengambil telepon genggam kesayangannya, tak lagi ada pesan masuk yang
dulu, hampir setiap hari selalu tertampil di layar telepon genggamnya -yang
bahkan itu hampir membuatnya bosan, tak ada lagi sms-sms enggak
penting, tak ada lagi sms-sms yang membuatnya harus bersedih.
Ia menghela nafas, dengan posisi terduduk di atas tempat
tidur, terlihat semua teman sekamarnya masih asyik berkelana di alam
mimpi masing-masing, "Mau sampai kapan mereka tidur? Dasar kebo semua," gumamnya dengan sebuah senyuman terpasang di wajah manisnya. Perlahan diturunkan kakinya ke lantai, berjalan tanpa suara ke arah jendela. Ia
sengaja berjalan sepelan itu, tidak ingin membangunkan teman-temannya.
Semilir angin langsung saja menyeruak masuk ke kamarnya begitu
jendela dibuka. Angin juga tak enggan untuk menyentuh kulit wajah gadis
itu, membelai belai rambutnya yang lembut.
Dengan tangan bersandar di pinggiran jendela, ia hirup dalam-dalam
udara pagi itu, ia biarkan semua kesejukan mengisi rongga paru-parunya
seakan-akan ia tak pernah merasakan sebelumnya.
Masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini memang membuatnya seakan tak
bisa bernafas, masalah dalam keluarga, masalah dalam hatinya, dan bertumpuk
masalah lainnya -yang memaksa ia harus tertunduk lemah tak berdaya. Tapi
hari ini berbeda, ia telah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, ia telah
berusaha sekuat ia bisa, dan sekarang ia biarkan garis takdir yang
bekerja. Ia tak ingin terus menerus masalah mempermainkannya seperti anak
bayi yang dipermainkan orang dewasa yang jika kesal hanya bisa
menangis.
"Ini bulan baru, ini hari baru, dan ini hidup baru!" ucapnya mantap seraya menatap langit pagi yang begitu damai.